SYAIKH JAFAR SHODIQ (HARUMAN)
Cukup banyak tokoh yang terkenal jasanya dalam menyebarkan Islam di Kab. Garut yang gaungnya meluas hingga luar daerah. Salah satunya adalah Syekh Ja’far Shidiq asal Kec. Cibiuk yang juga dikenal dengan sebutan Mbah Wali Cibiuk. Ia hidup sezaman, bahkan dikenal bersahabat baik dengan penyebar Islam lainnya di daerah Tasikmalaya, Syekh Abdul Muhyi.
Karena jasanya yang
besar dalam menyebarkan Islam serta perkembangan kehidupan masyarakat Garut,
khususnya di Garut Utara, makamnya yang terletak di kaki Gunung Haruman
Desa Cipareuan, Kec. Cibiuk tak pernah sepi dari para peziarah.
Belakangan, makam Syekh Ja’far Shidiq ini dijadikan Pemkab Garut sebagai
salah satu objek wisata ziarah, tergolong ke dalam atraksi budaya peninggalan
sejarah dengan bentukan fisik (relik/artefak) berupa makam. Selain
berdoa dan menafakuri kiprah perjuangan Syekh Ja’far Shidiq dalam menyebarkan
Islam, para peziarah juga dapat mempelajari kebudayaan, khususnya sejarah dan
kebudayaan Islam.
Syekh Ja’far
Shidiq tidak henti-hentinya mendorong umat untuk terus
menggali serta mengembangkan ilmu dan kemajuan ekonomi, termasuk keahlian
membuat makanan. Salah satu warisan dari Syekh Ja’far Shidiq yang hingga
saat ini terus dikenal, yaitu “sambal cibiuk” yang dikembangkan
putrinya, Nyimas Ayu Fatimah. Sambal cibiuk bahkan sudah menjadi
trade mark di sejumlah restoran di beberapa kota besar seperti Bandung dan
Jakarta.
Syekh Ja’far
Shidiq juga meninggalkan warisan lain yang tak kalah
pentingnya bagi pengembangan Islam, yaitu sebuah bangunan masjid yang
hingga kini masih bisa dimanfaatkan umat Islam untuk berbagai kegiatan
keagamaan. Masjid yang dibangunnya memiliki ciri dan corak khas bangunan
masjid buatan para wali di Pulau Jawa, yaitu beratap kerucut dengan
disangga oleh tiang-tiang kayu kokoh yang sambungannya tidak menggunakan paku.
Diperkirakan bangunan
masjid tersebut sudah berusia lebih dari 460 tahun.
Masjid yang dikenal
dengan sebutan masjid Mbah Wali tersebut terletak di Kp. Pasantren Tengah, Desa
Cibiuk Kidul, Kec. Cibiuk.
Menurut pengurus
masjid, masjid peninggalan Syekh Ja’far Shidiq tersebut aslinya berupa bangunan
panggung berukuran 6 meter kali 6 meter terbuat dari bahan kayu dan bambu,
dengan lantai dari palupuh (papan terbuat dari bambu, red).
SEBELUM
memulai ziarahnya ke makam Syekh Ja’far Shidiq di kaki Gunung Haruman, biasanya
para peziarah terlebih dahulu datang ke Masjid Mbah Ali. Mereka
yang datang ke Cibiuk selain dapat berziarah ke kompleks makam Syekh Ja’far
Shidiq dan Masjid Mbah Wali Cibiuk, juga bisa menikmati wisata kuliner sambal
cibiuk yang tersedia di sejumlah warung dan restoran sepanjang jalur Jalan Raya
Cibiuk. Dalam beberapa waktu terakhir, kawasan Gunung Haruman juga sering
dijadikan arena olahraga paragliding yang mengundang banyak peserta dan
penonton.
Makam Syekh
Ja’far Shidiq berada di tengah kompleks makam seluas 5
hektare. Lokasi makam berjarak sekitar 300 meter dari ibu kota
Kecamatan Cibiuk atau 21 km dari arah kota Garut. Dari arah Bandung
maupun Tasikmalaya dapat dijangkau melalui jalur Nagreg-Balubur Limbangan. Dari
Terminal Balubur Limbangan, makam tersebut hanya berjarak sekitar 10 kilometer.
Makam Syekh Ja’far
Shidiq terdiri atas empat kompleks makam utama yang semuanya merupakan kerabat
dekatnya yang juga terbilang penyebar Islam di daerah Garut.
Keempat kompleks adalah Makam Eyang Abdul Jabar yang berada di sebelah
Timur, dan agak ke tengah adalah makam Syekh Ja’far Shidiq sendiri. Ke
arah barat terletak makam Nyimas Ayu Siti Fatimah, dan paling ujung
makam Mbah Muhammad Asyim.
Keempat kompleks makam
utama tersebut dibatasi masing-masing oleh pagar bambu.
Pada kompleks makam
Syekh Abdul Jabar terdapat juga makam Mbah Mas’ud atau Rd. Dipakusumah
(cucu mantu dari Sykeh Abdul Jabar), dan Nyimas Syu’batul Alam (istri
Mbah Mas’ud). Pada kompleks makam Syekh Ja’far Shidiq terdapat juga makam Nyimas
Ajeng Kalibah (istri Syekh Ja’far Shidiq), Nyimas Ajeng Sawiyah (juga istri
Syekh Ja’far Shidiq), Nyimas Ajeng Arjawulan (masih istri Syekh Ja’far Syidiq),
Eyang Badruddin (putra Syekh Ja’far Shidiq dari Nyimas Arjawulan), Eyang
Mubarok, dan Eyang Zakaria.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar